Tentang Saya

Foto saya
seorang gadis biasa yang ingin bercerita tentang bagaimana menariknya naskah kehidupan di tulis ☺

Jumat, 24 Mei 2013

CERBUNG : (Part 2) BE FREAK !


PART 2 ::  BE FREAK ! 

Cipt. WentiRa

bagi yang belum baca part 1 nya silakan baca di part1 : BE FREAK

Seminggu kemudian setelah kejadian di atas panggung itu …

“Nyet, kapan maen ke rumah Ricko?” Ari merangkul pundak gua sesaat setelah satu kaki kanan gua berhasil menapak di luar pintu kelas.
Suasana bising antara suara murid yang rame ngobrol sama suara bel yang masih mengalun  mendayu –mendayu, bener - bener kelewat batas dan bisa ngerusak gendang telinga gua.
“Besok kayaknya.” Gua melirik jam tangan yang melingkar mesra di tangan kiri gua. “Eh bray, gua pulang duluan ya.”
“Cepet amat?” Ari mendorong maju punggung gua dari belakang.
“Kakak gua pulang Bray, gua mesti jemput dia di airport nih. Sorry yaa.” Selangkah lagi kaki gua melangkah lebar, gua bisa meninggalkan mereka.
“Kakak lo yang cantik itu Than?” Dipo berhenti di depan dan menghalangi langkah gua.
“Eh serius? Yang mana?” Joki ikut nahan.
“Kok lo gak cerita Than?” Dion menimbrung di antara mereka.
Secara otomatis mereka bertiga berjajar rapi kayak lagi upacara di depan gua.
Gua garuk kepala. Ini bocah gak bisa denger cewek bling – bling dikit. “Iye, kakak gua yang cantik- putih – tinggi – lucu - imut itu.”
“Udah ah, gua mau langsung cabut.” Kaki udah siap buat ngambil ancang – ancang lari.
Satu .. dua .. “Tapi Than, gua ikutt donggg~~”
TIGA !

CERBUNG : (part1) BE FREAK !


BE FREAK ! 
Cipt. WentiRa


HOLIDAY cuyy !!!
Layaknya anak abege yang baru netes dari induk semangnya, gua bener – bener menanti hari libur ini. Hari Sabtu yang libur, karena eskul gua gak ngadain kegiatan ples besok hari Minggu dan hari senin tanggal merah ! asik gak tuhh !
Hari ini, planning gua cuma satu. MAEN ! Maen sepuasnya dengan puas dan sampe puas. Pertama gua mau sepedaan sama anak komplek, maen PS, jalan – jalan, terus gua mau ke distro kaset, habis itu gua mau ke amazone, malemnya gua mau ngeDrag, finally nginep tempat Ari. Pokoknya jadwal gua padet Boss.
Dan sekarang gua udah siap dengan kaos putih bergambar squidward mini kesukaan gua sambil nenteng pixi warna merah dengan mendendangkan lagu gembira, sebelum boss cewek gua manggil dengan mesra.
“Eh eh ehhh, anak kesayangan mama pagi – pagi udah bangun. Udah cakep, udah wangi, mau kemanaa? Gak sekolah?” tanyanya sambil senyum mengembang seperti iklan pepsodent yang sering muncul di tv – tv.
“Gak ada kegiatan eskul Ma, aku mau sepedaan sama anak komplek.” Dengan rada bosan gua mulai meninggalkannya.
“Aduhhh kok buru – buru? Gak tau apa kalo papa semalem nransfer uang bonus kerjanya ke mama?” nyokap udah ngedip – ngedipin matanya kayak orang cacingan. Gua tahu nih ujung – ujungnya kayak gimana.

Cerpen : ALTO



ALTO
Cipt. Wenti Rizky A
Senja mulai tiba dan bias – bias mentari berubah menjadi kejingga – jinggan. Banyak orang sudah mulai memberangkatkan kaki untuk pulang. Tapi tidak untuk mereka berdua …
***
Alto’s side …
Mata kuliah hari ini benar – benar menyita waktuku. Biasanya aku masih bisa bersantai – santai di kosan Rudi. “Ahh.. dasar dosen gila !!!”
Aku merebahkan tubuhku di kursi panjang taman ini. Dan hari sudah mulai beranjak senja ketika mataku berhadapan telentang dengan langit.
***
Intan’s Side …
Aku rasa sekarang sudah mulai senja. Jejak orang – orang itu sudah terdengar seperti meninggalkan tempat ini.
Sepertinya kegiataan ini sudah menjadi rutinitasku dalam satu minggu terakhir ini. menemani anjing kecilku berkeliling taman membiarkanya bermain untuk menikmati akhir sore hari. Lagipula, aku paling suka disini. Tenang dan damai.
Aku hendak duduk di kursi tempatku biasanya duduk menunggu anjingku selesai bermain.
“Aww…”

Cerpen : Aku Tak Habis Fikir



AKU TAK HABIS FIKIR
Cipt : Wenti Rizky A

“Permisi…” suara lembut dari belakang membuyarkan lamunanku.
“Iya?” aku menoleh dan memandangnya.
Malaikatkah ?
***
Aku menggengham tangannya erat. Memandang wajahnya yang terkihat begitu indah walau tanpa riasan.
“Aku akan selalu ada disisimu, jadi bertahanlah.”
***
Aku masih terdiam menikmati deguban jantung yang tak menentu.
“Permisi, cari alamat ini.. dimana ya?” lalu gadis itu menyodorkan selembar kertas padaku.
Aku mengambilanya dan membaca sekilas. Aduh, alamat ini, mana aku tahu. Aku menyeringai kuda sambil menatapnya.
“Aku kurangtahu sih, aku bukan warga sini.” Aku menggaruk kepala belakang yang tak gagal.
Tampak raut wajahnya berubah menjadi sedih. Ahh, aku benar – benar tak tega melihatnya seperti itu.
“Hmm, tapi aku bisa bantu cari alamanya kok.”
“Tidak perlu, aku bisa cari sendiri.” Ia tersenyum kemudian memasukkan kertas itu ke dalam tasnya.
“Tapi—“

Cerpen : Begitulah Dia, Dengan Seribu Benteng Penjaga Hati


Cerita ini ku persembahkan untuk salah satu teman ku..

Begitulah Dia, Dengan Seribu Benteng Penjaga Hati
Cipt. Wenti RA

Aku masih memandangi buku yang tebalnya kurang lebih 458lembar dengan satu sisi buku yang terbalik. yah, buku itu mempunyai dua sisi yang bisa kita baca. bukunya ditangkup jadi satu, dwilogi, begitulah kalau kalian mengerti.
Masih di halaman 190, aku membaca kalimat per kalimat yang tertulis dalam buku itu.
penuh makna
dan terkadang absurd.
"I'm afraid,,,of losing someone i never have." begitu kalimat dalam puisi Bulan di Atas Kotaku yang Tertinggal Zaman, karangan Ikal yang diterjemahkan oleh Maryamah Karpov, seorang tokoh yang selalu aku banggakan, aku berhenti pada kalimat itu. Dan menyerukannya pada sekelompok kecil teman - temanku yang asik membaca persis di samping dan di depanku.
Mereka tersenyum dan ada yang berkata, "Waww.." dengan samar tentunya. karena kami berada dalam sebuah tempat paling sunyi seantero sekolah, perpustakan. satu tempat yang sangat bisa mengerti keadaan kami jika sedang butuh pengasingan diri.
"Bagus Ky, lihat sampul depannya yah. aku mau baca juga." salah satu temanku bersuara, dan di ikuti yang lain.
kentara.

Cerpen : Loncati saja pagarnya


Malam Terindah
(cipt. Wenti Rizky A)
Hari ini adalah akhir pekan yang benar – benar menyedihkan.
Ku buka mataku dan sinar mentari tampak malu – malu menembus dari korden jendela kamar. Aku menoleh kearah meja belajar, ini sangat menyakitkan bahwa aku akan selalu teringat roti isi selai kacang yang biasanya tersedia di sana.
Ku rapikan selimut dan bantal di atas tempat tidur, perlahan ku langkahkan kakiku menuju lantai bawah. Satu satu anak tangga ku lalui, biasanya aku akan melihat ayah membaca koran paginya kemudian dia akan berkata, “sudah bangun rupanya.” Lalu dia akan kembali membaca Koran sambil menyeruput teh hangatnya.
Ku arahkan langkahku menuju pekarangan belakang rumah kami.
***
“Hanii, lebih baik setelah tamat sekolah kamu melanjutkan sekolah di Semarang dan menetap di sana bersama nenek.” Dia adalah adik ibu ku yang bertanggung jawab terhadap segala tentang diriku, Om Hardi.

Cerpen : Malam terindah


Malam Terindah
(cipt. Wenti Rizky A)
Hari ini adalah akhir pekan yang benar – benar menyedihkan.
Ku buka mataku dan sinar mentari tampak malu – malu menembus dari korden jendela kamar. Aku menoleh kearah meja belajar, ini sangat menyakitkan bahwa aku akan selalu teringat roti isi selai kacang yang biasanya tersedia di sana.
Ku rapikan selimut dan bantal di atas tempat tidur, perlahan ku langkahkan kakiku menuju lantai bawah. Satu satu anak tangga ku lalui, biasanya aku akan melihat ayah membaca koran paginya kemudian dia akan berkata, “sudah bangun rupanya.” Lalu dia akan kembali membaca Koran sambil menyeruput teh hangatnya.
Ku arahkan langkahku menuju pekarangan belakang rumah kami.
***
“Hanii, lebih baik setelah tamat sekolah kamu melanjutkan sekolah di Semarang dan menetap di sana bersama nenek.” Dia adalah adik ibu ku yang bertanggung jawab terhadap segala tentang diriku, Om Hardi.

Cerpen : Sally kau tak sendiri


Diary mu itu membuatku …
(cipt. Wenti Rizky A)

“Wah,, catatan ku hilaaanggg. Bagaimana ini???”
***
Brakkk !!!
“Dito! Apa kau dengar ?!Turun! cepat turun!!”
Wanita tua itu selalu berteriak ketika aku baru saja menginjakkan kakiku ke kamar, semua kepenatan dan kelelahan yang merajalela tubuhku seketika juga hilang berganti dengan kemurkaan. Ku ambil lagi tas ku yang tergeletak sembarang.
Tap tap tap ! terburu – buru ku langkahkan kakiku menuruni anak tangga.
Wanita tua itu berdiri dengan mata menyala – nyala seakan siap untuk menerkam dan menghabisi tubuhku. “Mau kemana lagi kau, HAH?! Jawab Ibu!”
Aku sama sekali tidak menggubris setiap apapun yang di katakannya, ku ambil kunci motorku yang tergantung dekat pintu.
“Dasar anak tak tahu balas budi ! Masih untung kalian semua aku urusi , coba lihat Ayah kalian yang seperti mayat hidup itu!”
Aku sudah tidak tahan mendengar segala perkataan kasarnya tentang Ayah, untuk semua itu masih bisa ku tahan. Tapi aku takut aku akan kehilangan kesabaranku jika aku mendengar dia memperolok – olok almarhumah ibuku.
“Dasar wanita gila!! Pencinta uang!”

Cerpen : Diary mu itu membuatku


Diary mu itu membuatku …
(cipt. Wenti Rizky A)

“Wah,, catatan ku hilaaanggg. Bagaimana ini???”
***
Brakkk !!!
“Dito! Apa kau dengar ?!Turun! cepat turun!!”
Wanita tua itu selalu berteriak ketika aku baru saja menginjakkan kakiku ke kamar, semua kepenatan dan kelelahan yang merajalela tubuhku seketika juga hilang berganti dengan kemurkaan. Ku ambil lagi tas ku yang tergeletak sembarang.
Tap tap tap ! terburu – buru ku langkahkan kakiku menuruni anak tangga.
Wanita tua itu berdiri dengan mata menyala – nyala seakan siap untuk menerkam dan menghabisi tubuhku. “Mau kemana lagi kau, HAH?! Jawab Ibu!”
Aku sama sekali tidak menggubris setiap apapun yang di katakannya, ku ambil kunci motorku yang tergantung dekat pintu.
“Dasar anak tak tahu balas budi ! Masih untung kalian semua aku urusi , coba lihat Ayah kalian yang seperti mayat hidup itu!”
Aku sudah tidak tahan mendengar segala perkataan kasarnya tentang Ayah, untuk semua itu masih bisa ku tahan. Tapi aku takut aku akan kehilangan kesabaranku jika aku mendengar dia memperolok – olok almarhumah ibuku.
“Dasar wanita gila!! Pencinta uang!”

Cerpen : Dibalik 14 november 2003



Secret  Admirer
Cipt. Wenti Rizky Anggraini

            Selalu membelakangiku tanpa sekalipun menoleh. Tapi aku merasa senang, malah mengasyikkan. Karena, memang inilah hari – hariku. Selalu melihat bidang pundaknya yang lebar namun tampak sangat anggun. Cara berjalannya yang selalu memasukkan tangannya ke saku celana yang terlihat begitu cool. Hanya saja, ia tak pernah menggubris keberadaanku di belakangnya (yang mungkin bisa di bilang membuntutinya) atau mungkin menoleh atau menyapa. Tapi memang itulah caraku, itulah aku. Karena aku, seorang secret admirer-nya.
***
            Telat 3 menittt !! Gawattt !! batinku dalam hati. Dengan sigap dan cekatan aku menuruni anak tangga 2-2. Telat .. Telatt !! Aku tak bisa melihatnya, pikirku.
            “Echhaaaa..... Buru – buru amat.” Teriak kakakku dari belakang sambil menutup mulutnya yang masih menguap dan masih mengenakan piyama. Sebenarnya aku sama sekali tak berniat unutk menggubrisnya, namun ia berkata.. “Ada titipan lagi buat lo.” Serunya sambil menunjuk sesuatu di atas meja. Sejurus kemudian, aku mengambil kartu ucapan yang di tempel pada satu batang lolipop dari atas meja.
            Aku membuka kartu ucapan itu dan membaca tulisan miring yang unik sambil berjalan melewati pagar rumah. Sebelum itu aku membuka bungkus lolipop yang sudah dapat di tebak rasanya pasti stawberi, kesukaanku. “selamat pagi.” Begitu isi kartu ucapan berbentuk hait pink itu. Tanpa mencantumkan nama pengirim atau lainnya.
Aku melipatnya dan memasukkan ke dalam kantong saku bajuku. Yahh,, aku bosan melakukan hal ini setiap pagi. Menerima kartu ucapan, membacanya dan memasukkannya kembali dengan rasa kecewa karena tidak ada nama pengirimnya.

Cerpen : Secret Admirer



Secret  Admirer
Cipt. Wenti Rizky Anggraini

            Selalu membelakangiku tanpa sekalipun menoleh. Tapi aku merasa senang, malah mengasyikkan. Karena, memang inilah hari – hariku. Selalu melihat bidang pundaknya yang lebar namun tampak sangat anggun. Cara berjalannya yang selalu memasukkan tangannya ke saku celana yang terlihat begitu cool. Hanya saja, ia tak pernah menggubris keberadaanku di belakangnya (yang mungkin bisa di bilang membuntutinya) atau mungkin menoleh atau menyapa. Tapi memang itulah caraku, itulah aku. Karena aku, seorang secret admirer-nya.
***
            Telat 3 menittt !! Gawattt !! batinku dalam hati. Dengan sigap dan cekatan aku menuruni anak tangga 2-2. Telat .. Telatt !! Aku tak bisa melihatnya, pikirku.
            “Echhaaaa..... Buru – buru amat.” Teriak kakakku dari belakang sambil menutup mulutnya yang masih menguap dan masih mengenakan piyama. Sebenarnya aku sama sekali tak berniat unutk menggubrisnya, namun ia berkata.. “Ada titipan lagi buat lo.” Serunya sambil menunjuk sesuatu di atas meja. Sejurus kemudian, aku mengambil kartu ucapan yang di tempel pada satu batang lolipop dari atas meja.
            Aku membuka kartu ucapan itu dan membaca tulisan miring yang unik sambil berjalan melewati pagar rumah. Sebelum itu aku membuka bungkus lolipop yang sudah dapat di tebak rasanya pasti stawberi, kesukaanku. “selamat pagi.” Begitu isi kartu ucapan berbentuk hait pink itu. Tanpa mencantumkan nama pengirim atau lainnya.
Aku melipatnya dan memasukkan ke dalam kantong saku bajuku. Yahh,, aku bosan melakukan hal ini setiap pagi. Menerima kartu ucapan, membacanya dan memasukkannya kembali dengan rasa kecewa karena tidak ada nama pengirimnya.

Cerpen : Bintang Paling Terang


mungkin ini gak sebagus cerpen2 yang bertebaran di majalah dan tempat2 lainnya :)
tapi inilah hasil karya ku yang satu per satu bakal di posting :) ini satu di antaranyaa


Bintang Paling Terang
c.b. wenti Rizky


Minggu,10 Oktober 2010
“Langit malem ini bener – bener indah kan Yud?” Riri menoleh kepadaku yang sedang sibuk melihat langit malam ini menggunakan teropong  bintang yang baru  ku beli.
Di senggolnya pundakku, “Hah?! Apa – apa??” tanyaku gelagapan sok tidak mendengar kemudian melihat ke arahnya. Dia hanya cemberut , menekuk mukanya dan mengalihkan wajah ke langit malam.
“Yah ,,,, Riri ngambek deh. Suka gitu ahh..” kataku sambil menyikut lengannya. “Ayolah Riri yang manissss...” ku panggil dia dan aku tahu , dia gembira sekali setiap aku  memanggilnya bagitu. Dan aku tersenyum di hadapannya.
“Yud,,” panggil nya.
“Hemm..” aku menjawab tanpa menoleh ke arahnya.
“Bintang – bintangnya indah – indah ya??”
“Iya!!” aku menyibukkan diri dengan teropong yang menempel di depan mataku. Tidak mempedulikan dia yang di belakangku.
“Bagus ga?” tanyanya sambil memakai sweater.
“Iyalahh.”
“Di antara bintang – bintang itu, yang mana yang paling indah buat kamu?” tanyanya kemudian melangkah ke sampingku. Dan aku pun menoleh, melihatnya yang tersenyum manis.