Tentang Saya

Foto saya
seorang gadis biasa yang ingin bercerita tentang bagaimana menariknya naskah kehidupan di tulis ☺

Jumat, 24 Mei 2013

Cerpen : Begitulah Dia, Dengan Seribu Benteng Penjaga Hati


Cerita ini ku persembahkan untuk salah satu teman ku..

Begitulah Dia, Dengan Seribu Benteng Penjaga Hati
Cipt. Wenti RA

Aku masih memandangi buku yang tebalnya kurang lebih 458lembar dengan satu sisi buku yang terbalik. yah, buku itu mempunyai dua sisi yang bisa kita baca. bukunya ditangkup jadi satu, dwilogi, begitulah kalau kalian mengerti.
Masih di halaman 190, aku membaca kalimat per kalimat yang tertulis dalam buku itu.
penuh makna
dan terkadang absurd.
"I'm afraid,,,of losing someone i never have." begitu kalimat dalam puisi Bulan di Atas Kotaku yang Tertinggal Zaman, karangan Ikal yang diterjemahkan oleh Maryamah Karpov, seorang tokoh yang selalu aku banggakan, aku berhenti pada kalimat itu. Dan menyerukannya pada sekelompok kecil teman - temanku yang asik membaca persis di samping dan di depanku.
Mereka tersenyum dan ada yang berkata, "Waww.." dengan samar tentunya. karena kami berada dalam sebuah tempat paling sunyi seantero sekolah, perpustakan. satu tempat yang sangat bisa mengerti keadaan kami jika sedang butuh pengasingan diri.
"Bagus Ky, lihat sampul depannya yah. aku mau baca juga." salah satu temanku bersuara, dan di ikuti yang lain.
kentara.

mereka tidak bisa jauh dari kata - kata tentang cinta, sekalinya mendengar kata - kata yang bagus di dengar maka mereka juga akan merasa ingin membaca dan memiliki.
Ku buka sampul depannya, "Yang ini?" ku perlihatkan cover depan bergambar seekor burung di atas pohon tua, "dan yang ini." lagi, aku memperlihatkan cover satunya yang berlatar belakang sebuah keluarga, dengan satu perempuan bercadar disana.
Prili dan Tia, yang bertanya tadi, langsung beranjak dari kursi singgasananya. "Cari yuk."
itu yang ku dengar dari mulut mereka, lalu aku berkutik kembali ke dalam buku fiksi tebal itu.
*
beberapa menit dan ku rasa tak terlalu lama,
Tia mendekatiku dengan suara yang agak bergetar, tangannya menggenggam sebuah buku yang sama persis dengan yang sedang ku baca.
"Ky..." ujarnya getir sambil membuka halaman (entah itu halaman ke berapa) di dalam buku itu.
sebuah kertas - putih - penuh coretan, terlihat di depan mataku.
Aku menoleh ke arahnya, seperti biasa, aku bingung.
Tapi ku baca kertas putih penuh coretan itu.

Terima Kasih untuk selalu bersamaku.
ttd, Aleta. aku mencintaimu, kakak.


Aku, dan hanya seorang aku saja, ingin rasanya menitikkan air mata.
bagaimana dengan dia?
Pesan itu, itu adalah pesan untuk orang yang Tia sukai sejak dulu (sejak 3tahun yang lalu, tepatnya) dan itu bukan pesan darinya, tapi pesan dari pacarnya orang yang disukainya itu.
Rumit?
Yah begitulah.
Terkadang masalah memang rumit.
Serumit kisahnya.
Kisah temanku ini.
Tia kembali duduk di tempatnya lagi, dan teman - temanku yang lain memulai kehebohannya dengan bertanya. "Apa itu?" "apa Tia?" "cerita padaku."dan begitulah, pada akhirnya kertas coretan yang berpesan aku mencintaimu kakak yang ditulis setidaknya 3x salah itu beredar ke teman - temanku.
Membuat mereka selalu dan selalu berkata, "Sabar ya Tia."
haaaa, kata - kata itu. Aku tahu dengan pasti, Tia sudah banyak memakan kata sabar hingga ia termuntah - muntah. tapi mengapa kalian masih saja tetap mengatakan sabar untuknya.
Kasihan Tia.
Jadilah kuat Tia (ku rasa, kata - kata itu sama saja artinya) aku tahu Tuhan punya cerita untukmu. (hanya itu yang dapat ku katakan)
**
Sorenya, setelah mendapat pesan darinya yang berisi tentang kejadian di perpus itu. Membuat aku, setidaknya, memikirkan apa yang selama ini sering kami perbincangkan berdua.
Aku mengenal Tia, tidak terlalu lama. Hanya baru 2tahun belakang ini.
Tapi, karena aku merasa apa yang aku alami layaknya apa yang di alami Tia (kami sama - sama para petepuk sebelah tangan dan di aniaya oleh cinta) membuat aku bisa lebih dekat dari yang biasa dekat.

Aku memandang langit - langit kamarku yang baru di cat.
Aku mencoba merekam ulang apa yang telah ia ceritakan selama.
Cinta pertama.
Cinta bertepuk tangan.
Dan question ending.
adalah 3 pokok yang selalu kami perbincangkan.
Beginilah awal mula ingatan ku melayang - layang.

Aku mendesaknya becerita panjang lebar, tentang sosok seorang laki - laki yang sangat menyayat hatinya hanya dengan sebilah pensil runcing.
"Aku menyukainya Ky, benar - benar gila aku di buatnya."
Lalu aku mengangguk - angguk. Paham betul aku dengan segala rasa gila itu.
kemudian dia melanjutkan, "Saking gilanya aku, tiap hari , entah malam dan siang sekalipun, aku selalu memimpikannya. Dia itu tidak pernah tidak hadir dalam mimpiku. Aneh sekali kan?"
Aku kembali mengangguk.
"Kenapa perasaan suka sampau seperti ini Ky?" Tia merubah suaranya. Pandangannya menunduk dan mengukir di bawah lantai jauh nun disana.
"Aku malu Ky, malu. Aku pernah hampir mengutarakan semuanya kepada Kafa. Tapi, mengapa disaat hari itu, Kafa malah memilih untuk berlibur dan dengan santainya dia mengirim sms ke salah satu temanku. aku tahu perasaan Tia kepadaku, aku tahu itu. Tapi aku tidak ingin membuatnya kecewa. lalu, hingga kenaikan kelas tiba aku tidak berani lagi menegurnya. Sama sekali tidak pernah aku menegurnya Ky ! Ada sakit hati, tapi aku juga rindu. Rindu dengan semua apa yang pernah kami lakukan dulu, pergi latihan bersama, saat dia kerumah ku hanya untuk memintaku mengajarinya pelajaran muatan lokal, saat dia memintaku membuatkan surat sakit, saat aku mengisi rapornya dan karena tulisannya tercoret aku diam - diam mengganti rapotnya dengan yang baru, saat aku memperhatikannya makan dengan lahap. Aku rindu Ky, aku rindu ! Aku merindukannya!" Suaranya begitu parah saat mengakhiri penjelasannya itu. Air matanya menetes.
Aku hanya bisa menepuk lembut pundaknya, membuatnya mengerti bahwa aku berada disini selalu mendengar keluh kesahnya.
Air matanya terus mengurai.
Mengalir terus.
Dan sesekali ia menyeka dengan kedua jari telunjuknya.
"Dan,, saat aku tahu dia menjalin hubungan dengan orang sekelompokku. Hati aku....." ia berhenti, dan airmatanya tertumpah lagi, "Hati aku masih sakit." 4 kata itu membuat aku terhanyut dalam kepiluan kisah cintanya.
"Aku sudah mencoba dan beribu - ribu cara aku terapkan untuk melupakannya. tapi, Lihat kan ! masih dengan bodohnya aku masih seperti ini, masih mengharapkannya. Masih sangat dalam menyukainya..." Tia berhenti lagi, "Karena...."
"Karenaa....."
"Karenaaa Kafa itu cinta pertama ku Ky."
cinta pertama, akhirnya kata itu terlontar juga. Aku hanya bisa mengangkat tangan jika masalah sudah menyangkut pautkan masalah paling tak terselesaikan itu.
Cinta pertama, masalah itu saja membuat aku... ah sudahlah !

Aku tersenyum mengingat semua perkataan kami waktu itu. Dan saat dimana Tia menangis di hadapanku dan kembali ceria saat dilihat oleh teman kelas yang lain.
Lalu aku mengingat satu kejadian membuat aku hingga kini merasa bersalah.
Aku menarik nafas perlahan.

Waktu itu di depan kelas, setelah dari kantin dan kami makan bersama.
Hanya ada aku, Nita dan Tia di sana.
Tia yang mengatakan dengan teguh hati, tidak ingin memperbincangkan lagi masalah Kafa bahkan tidak ingin lagi melihat wajah Kafa, duduk dengan manis kala itu.
Aku, yang sedang duduk di sampingnya, melihat Kafa dan pacarnya.
Awalnya aku ingin memperingatkan Tia, jangan sampai menoleh ke belakang. Tapi aku ragu, jika dia malah penasaran menoleh dan sedih. Jadi aku lebih memilih untuk menutup mulut.
Lalu, entah setan apa yang menolehkan kepala Tia ke belakang.
Dan kawan setan mana pula yang membuat aku reflek dengan suara oktaf yang lumayan keras, berkata setengah berteriak. "TIA JANGAN NOLEH !"
Oh Tuhan !
Bodoh !
Sekarang , yang bodoh itu Aku ? Setan - setan itu? atau keadaan?
Tapi yang jelas, teriakanky yang 5oktaf itu lumayan bisa terdengar hingga kantor guru.
Tia malu.
Tia berlari.
Ke kelas.
Menangis.
Aku? ckckck.
Demi apapun, aku benar benar merasa bersalah dengannya.
Aku tak bermaksud apa - apa , aku hanya tidak ingin membuatnya sedih. Tapi ternyata, kelakuannya malah membuatnya SANGAT TERAMAT SANGAT sedih.
aku pantas di hukum mati !

Aku terbangun dari lamunan ku tentang hari itu. Aku masih merasa miris.
Masih sangat merasa miris.
dan kuputuskan untuk mengakhirinya sore itu.

**
Beberapa hari setelahnya, upacara menanti.
Tidak seperti biasa karena hari ini adalah hari terakhir kami upacara di lapangan sekolah tercinta kami. membicarakan hari terakhir tidak luput dari pertemuan - pertemuan yang semakin hari semakin singkat dan berujung dengan takkan terlihat lagi.
Tiap mengingat itu, hati ku, hati kami, hati semuanya, akan miris.

Panaspun masih bergolak dan berperang dengan angin, hingga tak ada satu pun angin yang berhempus siang ini. Maka jangan heran, jika angin tidak berhembus, karena mereka sedang sibuk membantu temannya yang sesama angin untuk bertempur melawan matahari. Lalu jangan juga kau jadi heran mengapa matahari semakin siang semakin menyilaukan, karena mereka merasa terkompori karena para angin menjadi satu untuk melawannya. Itulah fenomena alam yang tak bisa di selesaikan.

Sambil berkipas karena gerah, aku mendengar cerita teman - temanku. Bagaimana setianya Tia mengkhawatirkan aku ketika mereka (tanpa aku, karena aku sedang asik membaca novel di perpustakaan) menyantap dengan lahap makanan di kantin.
"Iya Ky, Tia itu setia. dia benar - benar mengkhawatirkan di perpustakaan sendirian.."
Perkataan prili itu mengundang gelak tawa dari semuanya. termasuk aku.
Mungkin, jika Tia lelaki, maka akan segera ku pacari dia karena terlalu setia juga penuh perhatian kepadaku. Hahaha.
Tia hanya tertawa melihat teman - teman kami melebih - lebihkan perkataan nya sewaktu di kantin tadi, "Iya Ky Iyaaa. hari ini memang hari kalian berdua." serempak Zela, Prili dan Nita berkata di depan kami sambil melenggang di depan kelas ips.
Tawapun mengiringi kami hingga ke kelas, dan tertanya di kelas.
Tinggal beberapa anak yang teronggok seperti ikan kopi - kopi tua yang meminta udara untuk menghidupkan mereka kembali. sungguh menderita melihat isi kelas kami seperti itu.
Kembali lagi kami ke perpustakaan.
Tempat yang dapat mengerti kami apa adanya.
*
Perpustakaan, tempat pengasingan kami dengan segala cerita di dalamnya.
Kami menyelip di balik rak - rak buku yang tinggi dan sedikit berisik disana. Berceloteh tentang, bagaimana jika kami menemukan sebuah misteri seperti yang sering film - film tayangkan. Dan secara tidak sengaja pula kami membuka sebuah lemari usang yang membuat Zela dan Nita hampir pingsan ketakutan.
Mereka, temanku yang paranoid.
Tia mengambil buku yang tidak terlalu tebal. Membacanya dan memperlihatkan aku judul bacaannya, "MIMPI"
Sesuai sekali dengan dia yang sering memimpikan Kafa.
Lalu, mungkin karena kami terlalu berisik kami di suruh pindah ke depan.
Aku beringsut dan duduk lesehan di depan.
Tia mengangkat suaranya, "Tadi, jika Kafa jadi ke dalam perpustakaan. Apa yang akan dilakukannya?"
Pertanyaannya, membuat aku kembali teringat beberapa waktu lalu. Ketika kami ke perpustakaan.
Terlalu ramai dan banyak siswa.
Dan saat itulah, Tia berbisik kepadaku. "Ku taksir bahwa Kafa juga akan datang kesini."
BETUL dugaannya dan parahnya Kafa melihat ke arah kami. Aku rasa hanya ke arah Tia.
Dan Tia kembali berbisik di telingaku, "Dia pasti tidak jadi masuk dan lebih memilih kembali ke kelas."
BETUL LAGI !
Tiaaaaaaa, hebat betul kau Makcikkk !!!
Ada satu yang ku katakan pada Tia ketika kami sudah sampai di kelas, "Mungkin karena terlalu seringnya kau bersamanya. Kontak itu terjalin di hatimu. Hingga, belum juga di sampai, kau sudah tau dia ada dimana dan apa yang selanjutnya akan di lakukannya."
Betapa hebat temanku satu ini !
Punya seribu benteng penjaga hati, ckckck,.
Berkali - kali hatinya sakit, tapi dia tetap bisa bertahan.
"Kuncinya?"
"Kuncinya nanti, tunggu perpisahan." kata Tia dengan tersenyum manis.
yah, begitulah. Aku dan Tia, juga teman kami lainnya hanya tinggal menunggu kelanjutan kisah kami di satu hari special itu. Sad ending kah? Atau Happy ending?
Kisah kami ini akan membuka lembaran baru setelah perpisahan. Tapi, apakah akan membeli buku yang baru? Atau memang kisahnya yang sudah habis dan perlu berganti judul?


PS : cerita dengan tambahan kata dan penggantian kata seperlunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar