Tentang Saya

Foto saya
seorang gadis biasa yang ingin bercerita tentang bagaimana menariknya naskah kehidupan di tulis ☺

Jumat, 24 Mei 2013

Cerpen : ALTO



ALTO
Cipt. Wenti Rizky A
Senja mulai tiba dan bias – bias mentari berubah menjadi kejingga – jinggan. Banyak orang sudah mulai memberangkatkan kaki untuk pulang. Tapi tidak untuk mereka berdua …
***
Alto’s side …
Mata kuliah hari ini benar – benar menyita waktuku. Biasanya aku masih bisa bersantai – santai di kosan Rudi. “Ahh.. dasar dosen gila !!!”
Aku merebahkan tubuhku di kursi panjang taman ini. Dan hari sudah mulai beranjak senja ketika mataku berhadapan telentang dengan langit.
***
Intan’s Side …
Aku rasa sekarang sudah mulai senja. Jejak orang – orang itu sudah terdengar seperti meninggalkan tempat ini.
Sepertinya kegiataan ini sudah menjadi rutinitasku dalam satu minggu terakhir ini. menemani anjing kecilku berkeliling taman membiarkanya bermain untuk menikmati akhir sore hari. Lagipula, aku paling suka disini. Tenang dan damai.
Aku hendak duduk di kursi tempatku biasanya duduk menunggu anjingku selesai bermain.
“Aww…”

***
Alto’s side …
Baru saja aku hendak melelapkan diriku tidur. Tiba – tiba seseorang menduduki kakiku dengan sengaja.
“Aww…”
Aku berteriak dan mendapati seorang gadis langsung berdiri kaget mendengar teriakanku. Seorang gadis cantik jelita dengan tongkatnya.
“Maaf aku tak sengaja—“ ia terlihat bingung dan serba salah hingga tak sengaja melepaskan pegangan tali anjingnya. Otomatis ..
Guk !!! Guk !!! Guk !!! ajingnya langsung melepaskan diri.
“Oh tidak… Altoo !!!” ujarnya kebingungan, detik kemudian dia mengejar anjingnya.
“Alto?” aku menunjuk diriku sendiri dan membandingkannya segera dengan ‘seekor anjing’. Tak sempat aku berfikir lama – lama karena ku dengar seseorang terjatuh. Gadis buta itu terjatuh di tanah berlumpur.
Aku mengejarnya. “Diamlah disitu, aku akan mengejarnya.”
***
Intan’s side …
Aku benar – benar sial. Sudah menduduki kaki orang yang sedang tidur,  sekarang aku malah melepaskan Alto berlari begitu saja, dan lagi karena ketidak hati – hatian ku membuatku terjatuh di tanah becek ini. aku barulah mencoba bangkit lagi , tapi seseorang menahanku.
“Diamlah disitu. Aku akan mengejarnya.” Dia berpesan begitu, lalu ke dengar derap langkah kakinya menjauh.
Dia siapa?
Entahlah aku tidak tahu pasti, tapi aku rasa dia hanyalah orang yang kebetulan lewat dan kasihan melihat gadis buta sepertiku. Yang terpenting, semoga aku bisa dipertemukan kembali dengan Alto.
***
Setengah jam berlalu, akhirnya dari kejauhan muncullah Alto dan berlari mendekati Intan.
Guk !!! Guk !!! Guk !!!
Alto bergelayut manja di kaki Intan.
“Ahh, kau sudah pulang Alto?” Intan mengangkat tubuh kecil Alto ke atas pengkuannya. Kemudian lidah anjing itu memelet keluar.
“Alto? Kau datang sendirian?” Barulah Intan menyadari bahwa orang yang berniat membantunya tadi tak kunjung bersuara.
Guk !!! Guk !!! Guk !!!
“Kalau kau datang sendiri? Lalu dimana dia?” intan mengurut manja di punggung Alto. “Haruskan kita menunggunya?”
Guk !!! Guk !!! Guk !!!
“Hmm, baiklah. Dia sudah berniat untuk menolong kita kan Alto? Kita harus menunggunya, sebentar lagi saja.”
***
Alto’s side …
Ini sudah lebih dari satu jam, atpi aku tak juga melihat tanda – tanda anjing kecil yang bernama sama denganku itu daritadi.
Menyebalkan! Hari juga sudah mulai gelap. Sudahlah, sepertinya aku akan membuat gadis itu kecewa. Aku melangkahkan kakiku kembali ke taman.
Tapi ini sudah benar benar sepi. Aku tak mendapati siapapun disini.
“Apa dia sudah pergi? Aahhh pasti dia sudah terlalu kecewa karena menunggu terlalu lama.”
***
Intan’s side …
Ku biarkan Alto bergelayut manja di bawah kakiku ketika kami sudah sampai di kamarku. Ku angkat dia ke atas pangkuanku.
“Alto, apakah aku seorang gadis yang jahat sekarang?”
Guk !!! Guk !!! Guk !!!
“Tapi, tadi sudah terlalu malam kan? Jika kita tak pulang, ayah dan ibu bisa marah dan kita tidak bisa bermain lagi.” aku mencoba mengeluas punggung Alto.
“Alto… apakah orang tadi masih mencarimu? Kira – kira dia sudah pulang atau belum ya?” aku mencoba mengelus bulu – bulu Alto. Tapi kudapati sesuatu yang aneh. Ada sesuatu yang hilang.
Kalung ! iya , kalung rantai Alto ada dimana?
***
Alto’s side …
“Rupanya leher anjing itu seukuran dengan pergelangan tanganku. Ckckck” ku lihat lagi kalung itu dengan seksama.
‘ALTO’ nama itu terukir disana. Aku menemukannya ketika sedang mencari mereka di taman. Akuyakin benar jika ini adalah kalung si anjing kecil gadis itu.
“Apakah gadis itu benar – benar merasa kecewa?” aku mencoba mengingat lagi. tapi aku rasa dia akan kembali ke sana mencari anjingnya dan kalung ini.
“Sebaiknya besok aku ke taman itu lagi, siapa tahu dia mencari anjingnya lagi. dan akan ku kembalikan kalung ini.”
***
Hari baru akan menjadi senja, tapi ini sudah terlalu gelap karena sejak siang tadi hujan tak kunjung reda. Hawa dingin menyeruak masuk menyelimuti tubuh.
***
Alto’s side …
Aku menutupi kepalaku dengan tas untuk menghalangi dari hujan yang turun. Kembali aku duduk di kursi panjang ini. setengah menggigil karena aku berlarian dari halte ke taman ini.
Semoga saja dia datang dan aku bisa memberikan ini. aku merogoh kantong jaketku. Ternyata kalung itu masih aman disana.
Sekaligus aku ingin meminta maaf karena tak bisa menemukan Altonya. Atau mungkin, aku akan menawarinya kemurahan hatiku untuk mencari bersama. Mungkin dia akan setuju.
Entah kenapa ketika membayangkannya aku jadi tersenyum sendiri.
Sudah hampir 15menit lewat aku disini dengan menggigil kehujanan dan sendirian. Tapi dia tak kunjung datang.
Ddrtt.. ddrrtt.. hpku di dalam kantong bergetar.
“Halo?” suara Dito bergema di sebrang sambunngan.
“Ya. Kenapa Dit?” aku menjawabnya sambil mendekap tubuhku sendiri. Aku benar benar kedinginan.
“Dimana ? kita udah nungguin buat latihan. Lupa lu?”
Nah !!! aku lupa dengan janji itu.
“Ahh, iya. Aku lagi dijalan. Tunggulah.” Aku langsung menutup telpon dan menoleh ke kanan kiri. Masih juga tak melihat tanda – tanda kedatangan gadis itu.
Mungkin dia tak akan datang karena hujan
***
Intan’s side …
Aku menapakkan kaki perlahan – lahan kejalanan yang becek menuju taman.
DRAP !! DRAP !! DRAP !! Seseorang berlari terburu – buru bersebrangan denganku. aku rasa dia menghindari hujan yang lebat.
Aku tak habis fikir kenapa aku datang ke taman ini walaupun hari sedang hujan. Sampai – sampai kutinggalkan Alto. Aku rasa, aku tak tenang karena aku masih hutang maaf dengan prang itu. Juga aku ingin mencari kalung Alto yang hilang.
Perlahan aku meraba kursi panjang itu. Takut jika orang yang kemaren sedang tidur lagi disana. Lega rasanya tak ada siapapun disana. aku kembali meraba daerah sekitar itu untuk menemukan kalung Alto. Tapi ternyata nihil.
Ku rasakan hujan jatuh semakin deras di atas payungku. Dan aku terduduk manis disini.
Tapi bagaimana aku bisa meminta maaf dengan orang itu jika aku sama sekali tak tahu bagaimana dia?
***
Alto’s side …
Hatchim …
Sepertinya aku terserang flu berat gara – gara kemarin kehujanan. Dan akibatnya, hari ini aku izin kulia dan hanya bisa tepar di atas kasur penyelamatanku. Apa kemarin dia datang ke taman itu? Lalu, apakah Alto sudah ditemukan.
***
Senja kembali muncul, dan Intan kembali mengajak Alto bermain di taman. Dia masih berharap orang yang waktu itu melihatnya lagi dan menegurnya. Dia sengaja berjalan kesana kemari agar bertemu dengan orang itu. Hatinya selalu berkata bahwa mereka akan bertemu lagi.
***
Intan’s ide …
“Alto, ini sudah seminggu berlalu. Tapi kenapa aku tak juga bertemu dengannya? Apakah orang itu jadi sangat membenciku karena meninggalkannya dihari itu. Apa dia sudah sering melihatku dan pura- pura tidak tahu saja?”
Guk !!! Guk !!! Guk !!!
“Tapi aku ingin sekali lagi bertemu dengannya, Alto…”
***
Alto’s side …
Akhirnya terbebas juga aku dari jarum infuse dan makanan tak berasa ini. dengan gembira aku memasukkan barang – barangku ke dalam tas.
“Akhirnya…..” aku tersenyum lega.
“Makanya, lu ujan – ujanan lagi aja Al. biar kita gagal manggung lagi gara – gara lu sakit typus.” Dito bergumama dari belakangku.
“Haha, sorry deh. Mana aku tahu bakal jadi typus.” Aku merangkul pundak Dito.
CRING !!
“Eh, gelang lu jatuh tuh.” Dito menunjuk sesuatu yang terlepas dari kantong tasku.
Aku melihatnya kembali. Itu, kalung si Anjing Alto. Astaga, ternyata selama aku sakit aku benar – benar lupa dengan anjing itu dan … gadis itu !!
Aku tinggalkan tas dan berlari keluar secepat mungkin.
“Woy Al !! mau kemana lu?!” dito berteriak dari dalam. Aku melupakannya juga, kembali aku ke dalam kamar pasien yang aku tempati seminggu ini.
“Aku mesti pergi Dit. Olong bawain pulang sluruh barang aku ke kosan. Thanks ya?” kemudian aku langsung terburu – buru , peduli apa dengan ocehan Dito disana.
***
Intan’s side …
Aku sudah hampir putus asa dan rasanya tak ingin ke taman ini lagi. berapa lamapun aku menunggunya aku tidak juga bertemu dengannya.
Saat ini, aku menyalahkan kenapa aku hanya gadis yang tidak bisa melihat apa – apa.
“Alto, ayo kita pulang.”
Guk !!! Guk !!! Guk !!!
***
Alto’s side …
Aku keluar dari taxi dan berlarian keluar menuju taman itu. Hari sudah hampir gelap rasanya tak akan bisa bertemu dengannya lagi. ku edarkan pandangan ke seluruh taman ini.
Rasanya sia – sia saja karena tak ada siapapun disini.
Aku sudah gontai , merasakan tubuhku yang baru pulih dari sakit. Sepertinya aku pulang saja.
Guk !!! Guk !!! Guk !!!
Suara itu …
***
“ALTO !!!”
Bersamaan mereka berteriak dan mengejar suaar Alto. Dan disitulah mereka terdiam saling berhadapan jauh dan di tengah mereka si anjing Alto menoleh ke sana kemari seolah mempertemukan mereka berdua.
Guk !!! Guk !!! Guk !!!
***
Suara itu… dia kah? –intan’s side-
Akhirnya, aku bertemu lagi dengannya … -Alto’s side-
Guk !!! Guk !!! Guk !!!

**tamat**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar