Tentang Saya

Foto saya
seorang gadis biasa yang ingin bercerita tentang bagaimana menariknya naskah kehidupan di tulis ☺

Jumat, 24 Mei 2013

Cerpen : Sally kau tak sendiri


Diary mu itu membuatku …
(cipt. Wenti Rizky A)

“Wah,, catatan ku hilaaanggg. Bagaimana ini???”
***
Brakkk !!!
“Dito! Apa kau dengar ?!Turun! cepat turun!!”
Wanita tua itu selalu berteriak ketika aku baru saja menginjakkan kakiku ke kamar, semua kepenatan dan kelelahan yang merajalela tubuhku seketika juga hilang berganti dengan kemurkaan. Ku ambil lagi tas ku yang tergeletak sembarang.
Tap tap tap ! terburu – buru ku langkahkan kakiku menuruni anak tangga.
Wanita tua itu berdiri dengan mata menyala – nyala seakan siap untuk menerkam dan menghabisi tubuhku. “Mau kemana lagi kau, HAH?! Jawab Ibu!”
Aku sama sekali tidak menggubris setiap apapun yang di katakannya, ku ambil kunci motorku yang tergantung dekat pintu.
“Dasar anak tak tahu balas budi ! Masih untung kalian semua aku urusi , coba lihat Ayah kalian yang seperti mayat hidup itu!”
Aku sudah tidak tahan mendengar segala perkataan kasarnya tentang Ayah, untuk semua itu masih bisa ku tahan. Tapi aku takut aku akan kehilangan kesabaranku jika aku mendengar dia memperolok – olok almarhumah ibuku.
“Dasar wanita gila!! Pencinta uang!”
Ku pacu motorku dengan kecepatan maksimum ,menuju kost an temanku.
***
Ku jinjing tasku dan sekantong snack  , inilah yang selalu ku bawa ketika aku ke rumahnya untuk menghabiskan waktu luang. Setidaknya aku tidak membawa tangan kosong jika menumpang melepaskan lelah.
Aku tersenyum geli melihat diriku yang masih mengenakan seragam sma dan lupa membawa baju bersih untuk ganti, karena aku tahu kemungkinan besar hari ini aku akan malas pulang. Mungkin lebih tepatnya lagi aku malas untuk melihat wajah wanita gila itu.
Aku melihat sepasang sepatu di teras kost annya, dan aku rasa itu sepatu wanita.
“Hahaha, si Pandi bisa juga bawa cewek masuk ke dalem. Tapi kayaknya gua kenal nih sepatu.” Aku tidak terlalu memperhatikan sepatu itu, seperti biasanya aku langsung masuk ke dalam kost an nya.
Dan ternyata,
“Di—Dit—Dito??” seorang yang sangat aku kenal dan seorang lagi yang sudah berteman denganku 5 tahun terakhir ini, menjalin hubungan menjijikan di belakangku.
“Anjritttttttt!!” sekantong snack yang tadinya ku beli dengan ikhlas untuknya, terjatuh dari tanganku. Ku lemparkan pukulanku tepat di pipi kanan Pandi.
“Di dunia ini emang gak ada yang namanya kesetiaan ! gak ada kedamaian !! gak ada ke ikhlasan !!” beberapa kali ku tinju perutnya dengan sekuat tenaga dan Pandi sama sekali tidak berkutik
“Dan lo !! dasar cewek murahan!!” aku menatap Gia dengan tatapan bengis, ingin sekali rasanya aku meninju bahkan mencaci maki dirinya lebih. Ku lihat dia ketakutan setengah mati dan hanya bisa menutupi bajunya dengan kancing yang setengah terbuka.
***
Sekarang kemana lagi aku harus berhenti?
Masih adakah satu tempat dimana aku bisa berhenti?
Ibuu, dimana kau sekarang? Aku membutuhkanmu.
***
Ini sudah pukul 8 malam, dan aku harus berfikir dimana hari ini aku akan tinggal untuk tidur. Benar – benar ! hari ini benar – benar menguras tenagaku. Masalah masalah dan masalah, kenapa begitu enggannya kalian pergi dari diriku. Kenapa begitu betahnya kalian berkeliaran di dalam kehidupankku.
Ku langkahkan gontai kakiku ke sebuah bangku taman panjang, tubuhku benar – benar lelah. Aku hanya ingin memejamkan mataku.
Ketika ku baringkan tubuhku menelentang di bangku panjang itu, seseuatu mengganjal di bawah kepalaku. “Apa ini?” aku sedikit menghentak – hentakkan barang itu menggunakan kepalaku, kemudian ku naikkan tanganku untuk menggapainya.
“Buku?” ku pastikan terkaanku dengan mengambil barang itu dari bawah kepalaku. Ku perhatikan dengan seksama.
Karena sekarang malam hari dan pencahayaan yang kurang cukup, aku berdiri dan mencari lampu taman terdekat.
“My---- di-diary? My diary?” ku picingkan mataku dan membaca sekali lagi judul buku itu. “Benar, my diary!” aku tersenyum puas dengan ketepatan penglihatanku.
“Ashhhh, kenapa gua malah nemuin buku curhat cewek kayak gini? Ckckckck.” Ku putar – putar buku itu, lumayan tebal juga. Ada mungkin 200 an lembar. “Ini pasti isinya tentang curhat – curhat ga jelas, dasar cewek. Gua juga lagi banyak dan banyak banget masalah, kenapa gua malah nemuin buku yang isinya tentang masalah cewek juga? Wahh, kelewatan.”
Ku lemparkan buku itu ke bangku panjang yang tadi ku duduki, “Paling juga besok ada cewek yang nyariin tu buku.” Aku tersenyum meremehkan buku yang menurutku berisi banyak masalah wanita (dengan tanda kutip) itu dan menyingkirkannya ke bawah agar aku dapat tidur dengan nyaman.
Aku merasakan pegal dan sakit di seluruh tubuhku. Mungkin karena aku belum juga mendapat istirahat dari tadi pagi. Kemudian, ku telentangkan tubuhku di bangku panjang itu.
“Tidur beratapkan langit dan beralaskan rumput, haha gua ngerasain hal itu juga.” Ku pejamkan mataku. Tapi beberapa saat kemudian tanganku sibuk meraih sesuatu dari bawah bangku, ku ambil buku “banyak masalah wanita” tadi dan meletakkannya sebagai alas kepalaku.
“Buat hari ini, lo jadi bantal gua dulu yaa.oke?”
***
Sinar matahari menyilaukan mataku. Ku lirik jam tanganku, kemudian aku baru tersadar ini sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Mungkin hari ini aku akan membolos kan diriku untuk tidak pergi ke sekolah.
Aku menoleh ke samping dan melihat sebuah buku, “Buku semalam?” Aku mencoba berfikir sambil memperhatikan buku itu.
Jadi seperti itu bentuknya, cukup tebal dan berwarna biru langit. Dengan gambar pita dan beberapa hati kecil di cover depannya. “Dasar cewek, bukunya aja alay kayak gitu.” Ku ambil buku itu kemudian aku bingung untuk  mengambilnya ikut serta denganku atau malah ku tinggalkan tergeletak di sini.
Iseng ku buka halaman pertamanya, tulisannya beraksen miring dengan gaya bersambung.
(3 juli 2009, 06.30)
Selamat pagi Dunia ku, pagi ini sinar-Nya tetap menyemangatiku. ^_^
Wahh, mungkin aku adalah orang paling bahagia di dunia ini. Bangun pagi dengan belaian lembut dari Ibu dan roti isi selai kacang yang selalu jadi favoritku akan selalu tersiap di samping meja belajarku.
Aku yakin semua orang akan iri, melihat aku mempunyai ibu yang benar-benar-benar memanjakanku. Aku cinta ibu, sangat-sangat mencintai ibuuu J
“Aishhh, anak ini cewek manja. Lihat aja caranya bangun, sarapannya udah di siapin. Cih!” ku lemparkan buku itu. Benar – benar menyebalkan , coba tadi aku tidak membacanya.
Aku beranjak kemudian meninggalkan tempat itu, ku lihat tubuhku yang masih berbalut seragam kemarin. Sepertinya aku harus pulang ke rumah dan membersihkan badan.
***
Entah apa yang membawaku ke taman ini lagi.
“Oke oke! Gua ke sini karena gua ga ada tempat maen lagi, temen gua udah ngehianatin gua. bokap gua udah ngehianatin gua sama nyokap gua, wanita gila itu udah memonopoli isi rumah. Jadi, gua ke sini bukan karena mau ngelihat buku diary itu . cukup relevan kan alasan gua? Iya dongg.”
Aku memberikan penjelasan kepada diriku sendiri bahwa ini adalah tempat terakhir yang bisa aku datangi. aku kembali duduk bersandar di bangku panjang taman yang semalam aku tiduri, pandanganku lurus ke depan melihat kolam buatan dengan air yang tenang. Gemericik air ketika ikan berenang membuatku terasa nyaman.
Ku tarik nafasku dalam dan menghembuskannya.
Aku mengira buku diary itu sudah di ambil orang lain atau bahkan sudah di buang oleh petugas kebersihan, tapi ternyata buku diary itu masih tergeletak di tanah di mana aku melemparnya tadi.
“Sekarang, salah siapa yang belum mengambilnya?” ku pungut buku itu kemudian membersihkan nya dengan jaketku, “Gua ga niat buat baca lo kok, tenang aja. Hmmm, gua Cuma nunggu sampe pemilik lo dateng ke sini nyariin lo. Deal?”
Ku letakkan buku itu di sampingku, tiba – tiba angin bertiup agak kencang dan membuat beberapa halaman buku itu terbuka.
“Eit, gua gak buka – buka lho. Gua ga maksud buat baca privasi lo, oke? Itu angin yang buat lo terbuka buat gua baca. Jadi, jangan salahin gua.” ku ambil buku itu dan membacanya. Sebenarnya, ada rasa keingintahuan ku tentang isi buku ini. Setidaknya aku bisa mengetahui apa saja yang di tulis seorang cewek jika sedang menulis di buku diary nya.
(17 July 2009, 06.45)
Selamat pagi duniakuuu..
Ini adalah hari pertamaku memakai seragam Sma. Wahh aku benar – benar terlihat cantik di depan cermin.
“Hahaha, cewek ini muji dirinya sendiri. Alay” Ku buka beberapa lembar selanjutnya, aku sudah mengira pasti cewek ini akan menceritakan hal – hal yang menurutku sama sekali tidak penting.
(29 july 2009, 19.00)
Selamat malam duniakuuu
Apa ini yang namanya jatuh cinta? Apa ini yang namanya cinta pada pandangan pertama? Ohh tuhannnnn.. betapa tampannya dia. Membuat aku benar – benar tidak bisa berkutik, lalalalalaaa. A. Distra Priasasmoko, kau membuat jantungku seperti meloncat – loncat keluar.
Aku tersenyum membaca tulisannya kali ini, hanya karena pandangan pertama dunianya seakan berubah menjadi benar – benar menakjubkan. “Kau belum merasakan adik kecil, bagaimana rasanya ketika kau di campakkan oleh cinta.” Sekali lagi aku tersenyum sambil melangkah ke banyak lembar berikutnya.
(5 februari 2010, 14.00)
Selamat siang duniakuu
Benar – benar aku tidak mengerti ! apa yang ada di fikirannya, aku ini orang macam apa dalam fikirannya?! Aku tidak mungkin punya fikiran untuk mengambil pacar sahabat aku sendiri, wahh dia benar – benar kelewatan untuk menuduhku yang tidak – tidak ! sedangkan dia tau kan, aku sangat dan sangat menyukai kak Distra. -___- apa tidak cukup aku meminta maaf berkali – kali? Ckckc, Pia Nimela Samianta perlu di garis bawahi, sekarang. kau adalah mantan sahabatku.
“Cewek ini?” aku berfikir untuk sejenak kemudian merasakan bahwa terik matahari sangat menyilaukan mata. Ku masukkan diary itu ke dalam tasku dan aku sedikit berlari kecil meninggalkan taman itu.
***
Ku rebahkan tubuhku memandang langit yang indah malam ini, aku sengaja tidak masuk dan lebih memilih tidur di halaman belakang rumah.
Aku masih menggenggam buku diary itu di tanganku, masih bingung untuk melanjutkan membacanya atau tidak.
“Tapi kalo gua baca buku ini, sama aja gua buka privasi orang lain kan?” aku memandang buku diary itu, kemudian duduk dan berfikir untuk mempertimbangkannya.
“Tapi toh pemiliknya juga udah gak mikirin ini buku lagi, tadi pagi sampe siang gua tungguin ga ada juga orang nyariin.”
“Tapiii, gua ngerasa ini buku penting deh. Ga mungkin cewek itu ga nyariin, atau mungkin tu cewek sengaja ngebuang ini buku? Gara – gara dia di tuduh temennya tadi?”
“Tapii, aaaaahhhh. Bodo amat !”
Ku buka bagian pertengahan buku.
(20 September 2010, 18.00)
Duniaku seakan runtuh menimpaku
Orang yang selama ini aku sukai dan orang yang selama ini selalu berada di sisiku, ternyata menjalin hubungan di belakangku L aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana, tuhan? Aku terlalu mencintainya ! haruskah aku marah dan mencaci maki sahabatku sendiri? Atau, haruskah aku merelakannya ?
Aku tertegun membaca tulisannya kali ini, apa yang sedang ku rasakan adalah sama dengannya. Kami berdua sama – sama di khianati orang terdekat kami. Aku penasaran dengan apa yang menjadi jawaban di lembar berikutnya, aku yakin dia pasti menemukan jawabannya.
Ku buka lembar berikutnya, kosong.
Lembar berikutnya lagi, kosong
Ku buka untuk ke sepuluh bahkan duapuluh dan lebih halaman, tapi ternyata .. kosong !
Ada apa dengan dia? Ada apa dengan catatan ini? apa tidak ada tulisan lain yang dapat ku baca??
Ku buka halaman demi halaman hingga hampir menuju halaman terahir, tapi ternyata aku sama sekali tidak menemukan tulisan lagi. karena terlalu kesal ku lempar diary itu jauh dariku, “Lihat kan? Siapapun juga tidak akan menemukan jawabannya, di dunia ini memang selalu penuh dengan pengkhianatan!!”
Aku beranjak meninggalkan halaman belakang dan masuk ke dalam rumah, aku segan untuk tidur di luar lagi dengan hanya beralaskan buku diary murahan itu.
***
Aku mendengar suara pembantuku sibuk memanggil dan menggoyang – goyangkan pundakku, “Den, den. Den Dito bangun Den, sudah pagi. Sekolahh.”
“Apa wanita gila itu sudah pergi keluar rumah?” aku masih malas – malasan untuk bangun sepagi ini.
“Sudah Den, dari pagi benar Nyonya sudah pergi ke kantor.”
“Yasudah mbok,  siapin aku sarapan aja. Bentar lagi aku turun.” Ku singkirkan selimut yang menutupi tubuhku.
10 menit kemudian aku turun untuk menyantap sarapan. Ku lihat pembantu ku tadi melintas sambil memegang benda yang familiar untuk penglihatanku.
“Eh eh mbok. Itu mau di bawa kemana?” aku menggeret kursi dan menunjuk diary di tangan pembantuku.
“Ini kayaknya bukunya ga berguna lagi,Den. Mbok nemuin tergeletak di halaman belakang. Makanya mau mbok buang aja, mumpung ada tukang sampah di depan.” Katanya sambil berlalu melewatiku.
“Eittttttt mbok, jangan jangan! Itu-itu-itu buku aku mbok. Jangan di buang.” Ku rebut paksa diary itu dari tangan pembantuku, tapi buku itu malah jatuh dan terbuka di beberapa halaman belakang.
“Eh si Adenn….” Pembantuku memungutnya dan memberikannya kepadaku
“Mbok balik lagi aja ke dapur.” Ku ambil diary itu kemudian ku cari halaman yang terbuka tadi.
(4 agustus 2011)
TUHAANNN
KEMBALIKAN KEDUA KEDUA ORANG TUA KU !!
Tulisannya kali ini hanya itu, membuatku berfikir ada apa dengan kedua orang tuanya. Apa yang terjadi dengan kehidupannya?
Ku buka halaman terahir diary itu..
1 Desember 2011
Duniaku benar – benar berpaling dariku
Aku tahu ini adalah nyata, aku tahu semua adalah kehidupan yang ku alami.
Butuh banyak waktu untukku berfikir dan mengambil keputusan dari semua hal, kejadian, masalah,dan cerita hidupku selama ini. ini adalah takdirku ! ini adalah nasibku !
Aku, yang dulu ku kira dunia ini akan selalu tersenyum kepadaku ternyata salah. Aku terlalu menganggap semua hal bisa dengan mudahnya diselesaikan, bagiku tidak ada masalah yang begitu sulit di hadapi.
Duluu, aku punya ibu yang sangat memanjakanku, menuruti apapun yang aku mau. Aku juga punya ayah yang benar – benar menyayangiku, memahami segala kebutuhanku. Aku memiliki sahabat yang dengan setia selalu menungguku dan berada di sampingku untuk menyemangatiku.
Aku kira, dengan itu semua aku adalah orang yang bisa membuat orang lain iri untuk hidup bahagia di dunia ini.
Tapi dugaanku, SALAH !
Sekarang aku tidak mempunyai ibu dan aku tidak mempunyai ayah. Mereka meninggal karena kecelakaan ketika mereka akan datang ke acara bakti sosial yang ku kunjungi. Aku juga tidak lagi mempunyai sahabat. Mereka, yang dulunya orang yang bisa aku banggakan. Tapi ternyata menilaiku salah, yang satunya dengan mudahnya menuduhku merebut pacarnya dan satu lagi dengan mudahnya merebut orang yang benar – benar aku sayangi.
Semua ini ! semua ini membuat aku berfikir dua kali untuk mengatakan “aku bahagia” sekarang duniaku tidak lagi tersenyum kepadaku, duniaku sekarang benar – benar meninggalkan aku sendiri di sini.
Aku iri pada kalian, kalian masih mempunyai orang tua. Bahkan itu adalah orang tua tiri ataupun orang tua angkat sekalipun, atau mungkin orang tua yang telah menghianati kalian. Aku iri !!!
Sekarang aku sudah tidak punya siapa – siapa lagi !!
Bunuh diri ??! untuk ke sekian kalinya aku sudah melakukan itu, tapi ada saja gangguan yang menggagalkan aku. Bahkan terahir kalinya ketika aku melukai diriku hingga aku kehabisan banyak darahpun, aku masih bisa di selamatkan oleh pihak rumah sakit.
Aku benar – benar tidak habis fikir, dan dari situ lah aku menyadari. Bahwa Tuhan masih menulis cerita panjang yang harus aku lalui. Ceritaku masih mempunyai judul – judul lain yang belum terselesaikan. Bahkan ketika tinta pena Tuhan habis untuk menulis, dia akan menyuruh malaikat untuk membeli pena baru.
Kau tahu apa maksudnya?
Yahh, maksudku. Kau masih punya jalan lain yang bisa kau jalankan untuk mengatasi masalahmu. Seperti aku sekarang, aku hanya berfikir bahwa seluruh masalah yang ku hadapi selama ini adalah cara Tuhan untuk mendidik ku agar aku lebih terlatih untuk menghadapi masalah yang akan datang nanti.
Satu hal yang tidak pernah ku sesali selama ini, bahwa aku selalu mengatakan kepada Ayah dan Ibu ku bahwa aku menyayangi mereka setiap hari. Hal sepele yang selalu ku lakukan itu adalah wujud kasih sayangku kepada mereka. Hingga sebelum ajal menjemput mereka, aku masih sempat mengatakan bahwa aku menyayangi mereka.
***
Aku berlarian di koridor ruamh sakit mencari kamar di mana ayahku di opname.
Selama ini aku sama sekali tidak pernah menjenguknya, 3 bulan ini ayahku telah terbaring di rumah sakit. Aku selalu berkata bahwa itu adalah karma ayahku yang telah meninggalkan ibu karena lebih memilih wanita lain. Hingga ahirnya ibu meninggal ketika aku masih berseragam SMP.
Brakk !!
Ku banting pintu kamar inap ayahku, aku melihat seorang tua yang rapuh tengah terbaring lemah di ranjang pasien. Dengan selang infuse, alat EKG, tabung oksigen dan beberapa alat lainnya yang menopang hidupnya selama ini.
“A-a-ayahh…” orang yang selama ini hanya membersitkan kebencian dalam hatiku, ternyata begitu rapuh begitu tua untuk tidak ku pedulikan.
“Dit—dii—tooo..” nafasnya tersenggal-senggal dan tanggannya meraih – raih aku untuk menyuruhku mendekat.
Aku mendekat, aku masih tidak bisa mengontrol perasaanku.
 “Maa-maa—fiin… a-aaa-yahhh.” Aku dapat mendengarnya meminta maaf dari bibirnya yang tertutup masker oksigen.
“Kenapa ayah seperti ini?!!” suaraku meninggi, aku tidak dapat mengontrol emosiku. Air mataku ahirnya terjatuh juga.”Ayah seharusnya hidup lebih baik, ayah sudah memilih wanita lain. Kenapa ayah harus hidup menyedihkan seperti ini? kenapa ayaaahhhh?!!” badanku tersimpuh jatuh ke bawah, ku pegang tangan ayah dengan erat.
“Jangan kau salahkan ayahmu.”
Seorang wanita paruh baya yang lebih sering ku panggil wanita gila, datang dari belakang sambil memegang pundakku.”Kau tahu, selama ini ayahmu tidak mau menerima operasi sebelum kau mau memaafkannya. Dia mengatakan, bahwa dia sama sekali tidak berniat hidup jika untuk menjenguknya saja anaknya tidak mau.”kemudian dia membantuku berdiri.
“Ditoo, di mata ayahmu. Kau adalah orang yang paling berharga.”
Aku menoleh sebentar ke arahnya, kemudian beralih kepada ayah. “Ayaahh…” ku genggam tangannya erat. “Kenapa ayah tidak pernah memberitahuku? Kenapa ayah menderita seperti ini? aku minta maaf ayah, akuu—akuu benar benar meminta maaf.” Ke peluk ayahku dan menangis di pelukannya.
“A-a-ya-hh yaa-ng m-m-in-ta mm—mmaaf.” Ujarnya sambil memelukku erat.
Aku bangun dan menatap ayahku, “iya ayah, aku terima maaf ayah. Sekarang, ayah harus menerima operasi. Ayah harus janji untuk hidup lebih lama lagi, sekarang aku akan selalu datang menjenguk ayah.” Ku hapus air mataku dan air mata ayah yang berlinangan.
Ku lihat ayah mengangguk setuju, “Ayahh. Aku menyayangi ayah.”
***
Beberapa hari kemudian
Saat ini aku dan ibu tiriku sedang menunggu di ruang tunggu operasi. Ku ambil buku diary dari dalam tasku, dan ku buka halamannya terakhirnya.
thanks, berkat lo. Gua bisa nemuin keluarga yang utuh kayak dulu lagi. walaupun wanita gila itu harus gua akuin sebagai ibu tiri gua, tapi seenggaknya dia gak seburuk yang gua bayangin.
Ku ambil pena dari dalam tasku.
13 desember 2011
Dunia menatapku dengan tersenyum, dan aku akan berkata “selamat menjalani hidup yang baru,,,, duniakuu”
***tamat****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar